nothing is done, it's time to work!!

nothing is done, it's time to work!!
aku suka eps. ini....

in my mind

As a Smansania, as a Atovia

By : Muhammad Lawliet Amind d’Stovia
Huh…. Ulangan remidi terus, ckckck. Pertama basa Jawi, math, ekonomi, gag tw ntar apa lagi.
Jujur, aku emang anak yang gak suka remidi, aku berusaha sebaek mungkin biar gag remidi, tapi ya apa daya otak tak mampu, hmp. Tapi ada satu celetukan yang aku denger ‘n sedikit banyak nyakitin ati banget.’masa sepuluh satu remidi?’ ckckck.
Walopun aku gag tahu gimana taun-taun sebelumku , tapi mungkin ini tahun terjelek untuk X.1 (gara-garaku). Hasil ulangan dari kelas yang katanya calon Olimpiade itu pun banyak remidinya. Gag beda-beda jauh ama kelas laen. Bahkan ada beberapa mapel dimana kelas laen unggul dibanding kami. Huft….. jujur sedikit banyak aku eneq ama orang itu, pertama, aku gag minta, ato kami gag minta ditempatin disini, kelas ini yang notabene buat anak-anak IQ++. Kami ato aku Cuma beruntung waktu hari test ‘n entah kenapa computer yang ngecek jawabanku rusak jadi aku bisa masuk kelas ini. Aku hanya berdiri dibelakang Okki, belakang koko, galang, fami, unik, jozi (maaf yang belum disebut) masa’ satu orang ato beberapa orang yang gak ad setengah dari satu kelas itu dijadiin tititk sampel untuk kegagalan kami dibanding anak-anak IQ+++? Bahkan kalo semua anak sepuluh satu kecuali aku dijadiin titik sampel, apakah itu bisa merepresentasikan aku??. Aku Cuma mau bilang,  Jangan terlalu banyak berharap pada kami (terutama padaku), itu nggak berarti kami nggak bisa, Cuma kita ambil saja kemungkinan terburuknya, jadi kalo kita dapet yang manis akan terasa lebih manis. ’n jangan terlalu menuntut pada kami lebih daripada yang lain, kami seperti mereka, anak kelas sepuluh lainnya, bedanya ya kami (aku) beruntung dapet nilai bagus waktu seleksi masuk. WE ARE NOT THAT PERFECT, kami pun punya hak untuk punya kekurangan, kamipun punya hak untuk merasa bingung pada materi pelajaran, kami bukan mesin yang sekali diberi perintah akan langsung bekerja otomatis ‘n tanpa cacat, kami manusia biasa, kami hanya anak-remaja- yang berusaha belajar, jangan beri kami stigma buruk bila kami gagal, jangan merasa kami tidak punya kekurangan. Kami sama, kami berperasaan.
Ato mungkin ini Cuma karena aku gagal, aku yang mencari pembenaran atas apa yang terjadi..

01/10/11 @13:42